Monday 4 January 2010

Beberapa proyek (2)






Lokasi : Sawangan.
Chandra Gunawan Hendarto

Wednesday 16 December 2009

Beberapa proyek.....

[1]


Taman Jenggala
Arifin Panigoro's home
[2]

Kemang Hospital

Tuesday 1 December 2009

Entrepreneur : Catatan atas buku Muhammad is The Great Entrepreneur

Memahami sejarah Rasulullah memang penuh dengan hikmah yang dapat kita petik. Menjadi penting bagi kita untuk membuat catatan tersendiri. Keutuhan kepribadian beliau yang luar biasa tersebut bukan tanpa melalui sebuah proses pembentukan, yang mungkin kita teladani dan kita jadikan sebuah model pembelajaran. Selama ini kita terpaku pada anggapan bahwa kepribadian nabi yang utuh tersebut merupakan sebuah karya langit, didikan samawi yang telah terukur perjalanannya dan takdir hasilnya.. Akibatnya kita seolah “dipaksa” untuk melompat secara spiritual dalam memahami realitas sosok Muhammad SAW.


Kita seyogianya melihat apa yang beliau tafakuri di Gua Hira’. Sehingga kita dapat memahami komprehensivitas penobatan beliau oleh Allah merupakan jawaban atas apa yang menjadi pikiran-pikiran, tindakan dan muatan kepribadian dan profesi beliau sebelumnya. Walau kita tak bisa menyatakan bahwa menjadi seorang entrepreneur adalah profesi “suci”, namun layak kita ketengahkan bahwa hal tersebut cukup menjanjikan bagi kelangsungan hidup dan kemandirian kita, sebagaimana yang ditegaskan dalam QS: 33 : 21, “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang berharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan dia banyak menyebut (nama) Allah”.


Perjalanan jauh yang sering beliau lakukan dalam berdagang membentuk diri yang tulus dalam memahami karakter manusia dan masa depan peradabannya, melihat tanda-tanda jaman atas berbagai kemajuan dan kemunduran peradaban yang ada ketika itu. Disebutkan dalam QS Ar-Ruum : 41-42 :” Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuata tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar. Katakanlah : Adakan perjalanan di muka bumi, dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan mereka orang-orang yang mempersekutukan (Allah)”. Kita tidak bisa sekedar menerima penegasan Qur’an tersebut tanpa menjadikannya sebagai dorongan untuk sebuah pengalaman empiris bagi pribadi kita, untuk memahami bahwa beliau pun berproses dalam kaidah yang masuk akal, rasional. Artinya perjalanan beliau dalam rangka berwirausaha, merupakan cara diri beliau bersunatullah. Manusia, sebagaimana alam mengalami proses evolusi juga, baik evolusi fisikal maupun evolusi spiritual. Dengan demikian kita pun harus membuktikannya, membuat catatan perjalanan evolusi sendiri dan membuat kearifan simpulan-simpulan tertentu atas sekian banyak yang kita lihat dan kita temui. Inovasi, kreatifitas dalam bertujuan yang pada awalnya biasanya sangat berat membebani kita untuk memulai sesuatu (red : perjalanan evolutif ) akan bergeser ke keasikan berpejalanan itu sendiri, mengamati hal-hal kecil di sekitar kita. Sehingga pelajaran dari perjalanan tersebut, tidak sekedar menjadi sesuatu yang dilihat, namun terinternalisasi, terproses dan menggantikan keterbatasan pandangan kita atas tujuan dan cara mencapainya.


Pada usia beliau yang ke-9 beliau telah mengikuti ekspedisi dagang paman beliau sejauh 1500 km. Dan beliau kuat menempuhnya. Beliau bertemu pedagang-pedagang dari Persia, pedagang Yahudi dan beberapa penempuh jalan sutera. Ekspedisi-ekspedisi dagang berikut yang beliau ikuti secara ajeg telah membentuk cara pandang beliau atas kebangsaan dan peradaban yang ada pada masa beliau. Jika beliau pernah bersabda : “ Tuntutkah ilmu sampai negeri China”, maka sabda beliau tersebut memiliki landasan empiris, keterlibatan yang memahamkan beliau atas karakter orang China dan struktur pemerintahan bangsa China. Hebatnya ialah bahwa ucapan tersebut visioner, meneropong ke masa depan posisi bangsa China. sehingga ucapan beliau tetap shahih hingga kini, karena memang terbukti bangsa China layak ditimba ilmunya. Sebuah ketuntasan pikiran dan ucapan yang mungkin layak disejajarkan dengan pandangan futuris modern yang ada saat ini.


Selain itu entrepreneur juga memungkinkan pendidikan “character building”. Jika pun pendeta Nasrani Bahira, yang beliau jumpai ketika pertama mengikuti ekspedisi dagang paman beliau, meramalkan tanda-tanda kenabian beliau, barangkali bisa kita katakan, itulah cara “kebumian” beliau menggenapi potensi dirinya dengan pensahihan kredibilitas diri, yang pada saat berikutnya diasah oleh pengalaman-pengalaman beliau dalam berdagang, bermasyarakat sehingga beliau bergelar “Al-Amin”, pribadi yang terpercaya. Beliau sangat berhati-hati dalam memelihara akhlak dan etika beliau, senantiasa menerapkan moral tinggi dalam berwirausaha. Penegasan Qur’an dalam QS At-Taubah : 128, “ Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”, memberi masukan bagi kita tentang apa yang beliau tafakurkan di Gua Hira’. Beliau sangat mendambakan munculnya pribadi-pribadi yang berkarakter tangguh dari bangsa beliau, yang layak diselamatkan dan mampu menyelamatkan semesta dalam iklim berkeadilan, berkebaikan, berkerukunan, berteguh janji, berpandangan maju, toleran dalam keberagaman bangsa, berkejujuran, berkesabaran yang proaktif, berkasih saying dan taat asas. Dan beliau sangat fasih dalam hal ini, artinya kajian beliau mampu mempetakan hal tersebut, berdasarkan pengalaman beliau sebelumnya.


Jadi, mari kita tangkap bersama pesan dari buku Muhammad is The Great Entrepreneur, sebagai tawaran perubahan cara pandang diri dan pola pembentukan karakter diri, yang bersesuaian dengan pribadi Rasulullah. Selamat berwira-usaha !

Tuesday 17 November 2009

Ecopreneur & ecovalue


Sebuah usaha mesti dilakukan dengan sepenuh hati, apapun usaha tersebut. Totalitas merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar untuk sebuah kesuksesan. Menjadi diri yang merupakan bagian dari warga "Satu Dunia" memberikan landasan yang tidak mengesampingkan moralitas, akhlak dalam bekerja.

Tujuan semua totalitas kerja, yang juga merupakan aktifitas ibadah, adalah memberi manfaat sebesar-besarnya bagi semesta alam, rahmatan lil'alamin. Nafas diri yang tergantung alam, gerak diri yang berpijak di bumi dan bahkan untuk meraih manfaat diri pun mesti memahami alirannya yang belum tentu berasal dari diri kita sendiri. Namun bisa jadi merupakan jawaban bagi desah alam, kegelisahan tetangga, keluh sahabat.

Etos kerja yang berusaha untuk mengambil sikap "demokratis" terhadap alam, diri dan lingkungan hidup sekitar adalah ecopreneur yang berlandaskan nilai-nilai ecovalue. Mengambil manfaat hidup dari Yang Hidup, dan mengembalikan kembali kepada kehidupan.