Lokasi : Sawangan.
Chandra Gunawan Hendarto
Memahami sejarah Rasulullah memang penuh dengan hikmah yang dapat kita petik. Menjadi penting bagi kita untuk membuat catatan tersendiri. Keutuhan kepribadian beliau yang luar biasa tersebut bukan tanpa melalui sebuah proses pembentukan, yang mungkin kita teladani dan kita jadikan sebuah model pembelajaran. Selama ini kita terpaku pada anggapan bahwa kepribadian nabi yang utuh tersebut merupakan sebuah karya langit, didikan samawi yang telah terukur perjalanannya dan takdir hasilnya.. Akibatnya kita seolah “dipaksa” untuk melompat secara spiritual dalam memahami realitas sosok Muhammad SAW.
Kita seyogianya melihat apa yang beliau tafakuri di Gua Hira’. Sehingga kita dapat memahami komprehensivitas penobatan beliau oleh Allah merupakan jawaban atas apa yang menjadi pikiran-pikiran, tindakan dan muatan kepribadian dan profesi beliau sebelumnya. Walau kita tak bisa menyatakan bahwa menjadi seorang entrepreneur adalah profesi “suci”, namun layak kita ketengahkan bahwa hal tersebut cukup menjanjikan bagi kelangsungan hidup dan kemandirian kita, sebagaimana yang ditegaskan dalam QS: 33 : 21, “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang berharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan dia banyak menyebut (nama) Allah”.
Perjalanan jauh yang sering beliau lakukan dalam berdagang membentuk diri yang tulus dalam memahami karakter manusia dan masa depan peradabannya, melihat tanda-tanda jaman atas berbagai kemajuan dan kemunduran peradaban yang ada ketika itu. Disebutkan dalam QS Ar-Ruum : 41-42 :” Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuata tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar. Katakanlah : Adakan perjalanan di muka bumi, dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan mereka orang-orang yang mempersekutukan (Allah)”. Kita tidak bisa sekedar menerima penegasan Qur’an tersebut tanpa menjadikannya sebagai dorongan untuk sebuah pengalaman empiris bagi pribadi kita, untuk memahami bahwa beliau pun berproses dalam kaidah yang masuk akal, rasional. Artinya perjalanan beliau dalam rangka berwirausaha, merupakan cara diri beliau bersunatullah. Manusia, sebagaimana alam mengalami proses evolusi juga, baik evolusi fisikal maupun evolusi spiritual. Dengan demikian kita pun harus membuktikannya, membuat catatan perjalanan evolusi sendiri dan membuat kearifan simpulan-simpulan tertentu atas sekian banyak yang kita lihat dan kita temui. Inovasi, kreatifitas dalam bertujuan yang pada awalnya biasanya sangat berat membebani kita untuk memulai sesuatu (red : perjalanan evolutif ) akan bergeser ke keasikan berpejalanan itu sendiri, mengamati hal-hal kecil di sekitar kita. Sehingga pelajaran dari perjalanan tersebut, tidak sekedar menjadi sesuatu yang dilihat, namun terinternalisasi, terproses dan menggantikan keterbatasan pandangan kita atas tujuan dan cara mencapainya.
Pada usia beliau yang ke-9 beliau telah mengikuti ekspedisi dagang paman beliau sejauh 1500 km. Dan beliau kuat menempuhnya. Beliau bertemu pedagang-pedagang dari
Selain itu entrepreneur juga memungkinkan pendidikan “character building”. Jika pun pendeta Nasrani Bahira, yang beliau jumpai ketika pertama mengikuti ekspedisi dagang paman beliau, meramalkan tanda-tanda kenabian beliau, barangkali bisa kita katakan, itulah cara “kebumian” beliau menggenapi potensi dirinya dengan pensahihan kredibilitas diri, yang pada saat berikutnya diasah oleh pengalaman-pengalaman beliau dalam berdagang, bermasyarakat sehingga beliau bergelar “Al-Amin”, pribadi yang terpercaya. Beliau sangat berhati-hati dalam memelihara akhlak dan etika beliau, senantiasa menerapkan moral tinggi dalam berwirausaha. Penegasan Qur’an dalam QS At-Taubah : 128, “ Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”, memberi masukan bagi kita tentang apa yang beliau tafakurkan di Gua Hira’. Beliau sangat mendambakan munculnya pribadi-pribadi yang berkarakter tangguh dari bangsa beliau, yang layak diselamatkan dan mampu menyelamatkan semesta dalam iklim berkeadilan, berkebaikan, berkerukunan, berteguh janji, berpandangan maju, toleran dalam keberagaman bangsa, berkejujuran, berkesabaran yang proaktif, berkasih saying dan taat asas. Dan beliau sangat fasih dalam hal ini, artinya kajian beliau mampu mempetakan hal tersebut, berdasarkan pengalaman beliau sebelumnya.
Jadi, mari kita tangkap bersama pesan dari buku Muhammad is The Great Entrepreneur, sebagai tawaran perubahan cara pandang diri dan pola pembentukan karakter diri, yang bersesuaian dengan pribadi Rasulullah. Selamat berwira-usaha !